Kamis, 20 Desember 2012

[One shoot FF / Luhan] I am Telekinesis

Title : I am Telekinesis
Character : Luhan from EXO-M and Park JiRa [OC]
Chapter : One Shoot
Author : Baby Krisses ^-^
Genre : Romance
Language : Indonesia
Rating : All pepo who find this FF (?)

Luhan

Luhan luhan luhan... Nama itu terus yang dibicarakan para yeoja di sekolah ini. Padahal sudah 3 minggu dia berada disekolah ini, tapi namanya masih saja jadi trend topic. Aku akui dia manis dan menarik, tapi... Aku tak terlalu fanatik seperti yeoja lain yang selalu mengagung-agungi kesempurnaannya. Aku punya hal lebih penting untuk dipikir dan diperbuat selain mengaguminya. Lebih baik aku mengasah kemampuan menggambarku. 

"JiRa-ah~ Kau sekelas dengan Luhan?" Kata temanku yang beda lokal "Ne~" Aku  bisa menebak, pasti dia akan menannyakan tentang Luhan dan bla bla bla. "Kau berbicara dengannya?" Aku menggelengkan kepala "Yah! Paboya! Kau menyia-nyiakan kesempatan!" Aku memutarkan bola mataku dan menghembus nafas. Aku langsung beranjak dari tempat duduk taman dan pergi meninggalkannya "Yah! Aku berbicara padamu, JiRa!" Pekiknya, aku tak menghiraukannya "Jangan lupa kirim salam untuk Luhan eoh?" Tambahnya. 

Aku melewati aula, aku mendengar teriakan histeris yeoja-yeoja dari dalam, ku intip sedikit. Ternyata mereka tengah melihat sang idol tengah latihan bernyanyi. Yah, suaranya memang bagus. Luhan adalah laki-laki yang sempurna 99%. Wajar saja banyak yang mengejarnya. Aku lanjut berjalan menuju kelas, saat melewati meja Luhan sebuah kertas terbang dari mejanya. Aku memungut kertas itu. "Yepeo~" Gumamku melihat kertas yang telah tergambar berupa animasi perempuan milik. Dia juga bisa menggambar? "Jinjja daebak!" Bahkan gambarannya lebih bagus dari pada punyaku. Aku meletakkannya kembali ke meja Luhan.

* * *

KRIIIIIING!!! Bell sekolah berbunyi. Semua siswa mulai berhambur keluar kelas dan pulang. Aku masih sibuk mengemas buku dan kertas-kertas gambar yang berserakkan di atas meja. Luhan juga sama, dia masih sibuk mengemas barang-barangnya. Tanpa sadar aku memerhatikannya. Taak! Pena Luhan jatuh kelantai, dia mengendus kesal. Tangannya mengacung kebawah tepat dengan penanya yang mash tergeletak dilantai. Teep! Pena itu melayang ke tangannya. Dengan santai dimasukkannya pena itu kedalam tasnya. 'HAAAH?' Pekikku tak percaya dalam hati. I-itu apa? Aku tak mungkin salah lihat! Mataku masih normal, aku belum pakai kaca mata. Luhan mengambil penanya yang jatuh tanpa menyentuhnya? Bagaimana bisa? SRAAAK! Kertas-kertas gambarku berserakkan dilantai, sanking shocknya. Tanganku melepas kertas-kertas begitu saja. 

Luhan tampak kaget dan berbalik melihat kearahku, dengan cepat aku berlutut dan memungut kertas-kertasku. Suara tapak kakinya menjauh, sepertinya dia sudah pergi. Ku hembus nafas lega dan kembali mengemas kertas-kertas yang berserakkan di lantai.

- - - - - - - - - -

Sekarang pelajaran matematika, pelajaran yang membuat aku seperti orang bodoh! Aku sangat lemah di matematika. Dari tadi aku tak memerhatikan seonsaengnim menjelaskan. Disamping itu pikiranku masih terganggu oleh kejadian semalam, aku terus memerhatikan punggung Luhan. Dia duduk di depan, tak jauh dari tempat dudukku. Luhan menoleh kebelakang dan menangkap basah aku yang sedang memerhatikannya. Dengan wajah kalap aku membuang pandangan ke buku. 'Pabo pabo pabo!' Umpatku dalam hati.

Waktu istirahat akhirnya tiba, aku sudah muak tengan angka-angka yang merusak pandanganku dari tadi. Aku keluar kelas dan pergi ke kantin untuk makan siang. Setelah selesai makan siang aku ke perpustakaan, mencari buku yang menarik untuk dibaca. Sesampai di perpustakaan aku berkeliling menyusuri setiap lorong, di lorong yang sepi tepatnya dipojok. Aku melihat Luhan tengah berusaha menggapai buku yang berada rak paling atas. "Aiish!" Gerutunya kesal. Seet! Salah satu buku menyembul keluar dari tempatnya. Luhan seperti ingin mengambilnya, dengan... Dengan pikirannya. "Eh!" Spontan ku tutup mulutku. Luhan memalingkan perhatiannya dari buku ke arahku. Dia melotot kaget, DUUUK! Buku yang melayang itu jatuh menghetam kepalanya "Aww!" Dia mengerang kesakitan, aku langsung lari keluar meninggalkan perpustakaan. 

Pikiranku mulai tak karuan! Rasa penasaranku semakin menjadi-jadi. Aku berusaha keras untuk tidak memikirkan kejadian itu, walaupun sulit. Seperti biasa bell pulang berbunyi pada pukul 17.00, aku memang selalu pulang terakhiran. Aku malas berdesak-desakkan hanya untuk pulang lebih awal. Luhan masih duduk de tempatnya, dia sedang bermain rubix. Aku memerhatikan tangannya yang lihai menata cube rubix itu untuk menjadi satu warna. Hitungan 3 menit, cube rubix itu sudah selesai. Aku melongo seperti orang bodoh! Berapa IQ nya? Itu pertanyaan bodoh yang pertama muncul dari otakku. Dia berjalan kedepan kelas dan berbalik badan kearahku yang masih duduk. 

"Kau melihatnya?" Dia berbicara? Denganku? Aku melihat ke kanan dan ke kiri. Tak ada siapa pun disini, hanya kami berdua. "Ne?" Aku bertanya balik, dia terkekeh pelan "Karena kau melihatnya, aku terpaksa harus jujur. JiRa-ssi, aku ini seorang Telekinesis" , "Telekinesis itu apa?" Dia melotot matanya dengan cara yang imut -- bagiku. "K-kau tidak tahu?" Aku menggeleng "Telekinesis itu kemampuan batin yang bisa menggerakkan objek fisik" Jelasnya "Kau bercanda" Aku tersenyum getir dan membuang muka ke jendela "Akan ku buktikan" Luhan berdiri tegak, tangannya merentang kearahku. Perlahan kursiku bergerak kesamping. 'Apa-apaan ini?' Aku mulai takut. Aku ingin percaya, tapi hatiku tak yakin. Kursiku bergerak lagi, Luhan hanya mengeluarkan bahasa tubuh seperti hendak menarik kursiku ke arahya. 

Aku masih terduduk dengan ekspresi shock, kursi ini bergerak cepat ke arahnya. Suara deritan antara besi dan lantai mengilukan. Kursi ini berhenti tepat didepan Luhan. Dia membungkukkan badannya, kini wajahnya tepat didepan wajahku. Mungkin jaraknya hanya sesenti "Sekarang kau percaya?" Aku mengangguk cepat "Sayang sekali aku hanya punya kemampuan Telekinesis. Aku berharap aku punya kemampuan menggerakkan hati seorang yeoja cuek sepertimu" Sesaat wajaku langsung merah padam. 

Sial! Kenapa jadi seperti ini? "Menjauh dariku!" Aku mendorong tubuhnya lalu bangkit dari kursi. Tiba-tiba saja tubuhku kaku, aku tak bisa berjalan. Diluar dari perintah otakku, tubuhku berbalik kearah Luhan "Tapi, kemampuan telekinesis ini cukup membantuku untuk meluluhkan hatimu" Luhan tersenyum manis lalu menarik tubuhku dengan pikirannya, dia menyambut tubuhku dan melingkarkan tangannya di pinggangku. CHU~!! Dengan leluasa Luhan melumat bibirku. 'Nappeun!!!' umpatku dalam hati >///<

 ~ THE END ~

Hahaha! Sesuai janji, author ngepost FF member EXO ^^ masih ada 11 FF lagi. Ditunggu ya? [ WARNING! DO NOT TAKE THIS FF WITHOUT CREDIT ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar