Sabtu, 24 November 2012

[Fan Fiction / part 8] I Wish, I were a Boy!

Title : I Wish, I Were a Boy!
Character : Michelle Moon [OC], Mason Moon, Kris Wu from EXO-MPark Chanyeol from EXO-K, Rainie yang , Lay from EXO-K, Chen yue from Ulzzang Mandarin, Luhan from EXO-M and Tao from EXO-M.
Part : 8
Pairing : Michelle x Kris
Language : Indonesia, English [MIXED]
Author : Baby Krisses \(^-^)/
Fandom : EXOTIC
Genre : romance, bla bla bla [?] =__="
Rating : for all creature who want to read this FF [?] -_-

Tao

19.00PM...
Aku sudah menjemput Yue dirumahnya "Hey baby~" Sapanya sambil berlari kearahku. "Kiss me" Pinta Yue "Ayo kita pergi" , "Kiss me first!" Dia mulai menghentakkan kakinya dan merengek dengan suara imut yang terlalu dibuat-buat. "Mau jalan atau tidak? Kalau tidak dengan senang hati aku pulang." jawabku ketus, dia hanya mencebikkan bibirnya dan menggandeng lenganku. Kami berjalan-jalan, dinner dan pulang. Aku mengantarnya pulang, "Yue, ada yang ingin ku bicarakan" , "Apa itu?"

= = = = = = = = = =

"It's over, it's too far. I wont hurt you for anylonger. Thank for all thing you give to me, i hope you find a better one than me" Jelasku. Matanya mulai berlinangan cairan bening. Sungguh! Aku tak sanggup melihat perempuan menangis. "You just hurt me if you break me up. Please, stay beside me. Although we're just pretending. Thats make me happy! Please Kris!" Yue mengemis dengan deraian air mata yang tumpah dari pelupuk mata. "I-i'm sorry Yue, i can't" Aku meninggalkannya pergi dengan keadaan terpuruk. 'Maafkan aku Yue~' Batinku. "Kriiiis!!!" Pekiknya disela tangis. Itu membuat aku pilu, aku merasa seperti laki-laki yang sangat kejam didunia.

__Kris Wu POV end__

__Michelle Moon POV__

Mataku sudah berat, mungkin sebentar lagi aku akan terlelap. Aku sudah terkapar di atas kasur dengan badan tertutup selimut tebal. Tiba-tiba, TOOK TOOK TOOK! "Hee?" Siapa yang mengetok pintu malam-malam begini? Aku berjalan kearah pintu dan membukanya dengan perlahan "Ah! Kris... Ada apa?" Aku membuka lebar pintu kamar. GREEEP! Kris tiba-tiba saja memelukku dengan erat. "Y-yah! W-wae?" Kris bungkam dan membenamkan wajahnya dibahuku. Sepertinya dia sedang ada masalah, aku mencoba untuk menenangkannya. Tanganku menepuk punggungnya dengan pelan, 'Ah! Kau bodoh sekali, Michelle!' umpatku dalam hati. Aku terlalu kikuk! Aku tak pernah memeluk laki-laki sebelumnya -_- kecuali appa dan Mason. 

Sudah lima menit kami berposisi seperti ini... Rasanya pegal harus berposisi seperti ini terus. Kepalaku cape harus mendongak. Aku membalas pelukkannya "Kris, apa kau tidak cape seperti ini terus?" Dia menggeleng "Justru sebaliknya" Dia melepas pelukkannya dan menatapku dengan tatapan teduh "Gomawo" Katanya "Kau kenapa?" , "Aku memutuskan Yue, aku merasa sangat kejam padanya" , "Kau melakukan hal yang benar... Jangan sedih ^^ Aku yakin Yue akan menyadari itu. Sekarang kembalilah ke kamarmu dan tidur" , "Shi :) Sekali lagi terima kasih" , "Sama-sama" 

Entah kenapa aku senang mendengar Kris putus dengan Yue. "IHH!" Aku menggaruk kepala. Aku ini jahat sekali! Bahagia diatas penderitaan orang >< aish!! Daripada aku memikirkan hal yang tak penting, lebih baik aku tidur. Besok aku sudah mengatur rencana untuk main ke rumah Rainie :D

Keesokan harinya...
Aku baru saja melangkah keluar dari kamarku, Kris sudah berdiri tegak didepan pintu kamarku. "Aish! Apa yang kau lakukan disini?" , "Menunggumu keluar~" Senyumnya cukup membuatku terhipnotis untuk beberapa dekit. Okay, melihat senyum Kris dipagi hari seperti suatu energi spesial yang mengisi tabung semangat lebih dari sarapan [?] "Kau mau kemana?" , "Come on Kris! I'm nobody to you. Why you caring about me?" Tiba-tiba wajanya berubah, aku melenyapkan senyumnya. God! Apa yang baru saja ku katakan?! "Ya, aku tau itu" Dia menunduk sedih "A-aku tidak bermaksud... Ah! Maaf..." , "But, one day i'll make you to be someone for me" Dengan semangat dia mengatakan hal itu.

Anak ini tak bisa ditebak! "Aku mau kerumah Rainie" , "Boleh aku ikut? Please~" Kris memasang muka memelas seperti puppy. "Okay okay, you can come with me" Kris hanya terkekeh. 

Dalam bus...
Aku duduk didekat jendela sambil melihat-lihat pemandangan sepanjang jalan "Apa itu?" Kris melihat kearah kertas-kertas gambaran yang ku rapikan menjadi satu. "Cuma gambaran biasa" , "Aku mau lihat" Kris merampasnya dari tanganku "Yah!" Pekiku. Dia melihat lembar-demi lembar gambaran itu. "Kau punya bakat menggambar... Bukankah ini Rainie?" , "Ne" , "Huaah! Kau bisa mengambar versi manga. Cool!" Tiba di gambar keluargaku. "Ini orang tuamu?" , "Iya, dan itu adikku" mataku menatap kosong gambaran itu "Kau merindukan mereka?" , "Sangat" Kris hanya mengelus kepalaku dan tersenyum. "Jangat lihat yang ini!" Aku merebut kembali gambaranku. 

"Wae?? Aku belum selesai melihat semuanya, jangan pelit! Berikan padaku!" , "Tidak!" , "itu Disney Land!" Pekik Kris "Mana mana?" Aku menoleh keluar jendela, Kris merampas balik gambaranku "Tertipu! :P " Dia membuka cepat ke lembar terakhir. Matanya menelaah seksama gambaran itu, "Dia terlihat seperti aku... Apa dia itu memang aku?" Godanya sambil melirik kearahku "Kau terlalu percaya diri! Itu bukan kau!" Aku merampas gambaranku dari tangannya. Karena gambaran itu, Kris menggodaku terus selama perjalannan.

- - - - - - - - - 

TING TONG!!! Jariku memencet bel rumah Rainie "Apa kau tidak salah ini rumahnya?" Tanyaku pada Kris "Aku yakin" Kat Kris mantap. Tiba-tiba pintu terbuka, "Michelle!" Pekik Rainie sambil meloncat dan memelukku "Ehem!" Kris mendehem dengan sengaja "Eh? Kris?" Rainie tanpaknya bingung "Tidak keberatan jika Kris ikut bermain kerumahmu?" Tanya ku, "A-ah! Tentu saja boleh..." Rainie menatap Kris aneh. "Apa kami boleh masuk?" Pertanyaan Kris menyadarkan Rainie yang sedari tadi menatapnya. "Oh! Iya, silahkan masuk~" Kris masuk duluan sebelum aku, anak ini bertingkah aneh lagi!

Kami ngobrol bersama, masak dan lunch bersama. Setiap kali aku berdua dengan Rainie, Kris selalu saja muncul dan ikut nimbrung. Itu aneh sekali menurutku. Sekarang dia tengah ngobrol dengan Rainie, aku hanya duduk diam di sofa sambil memerhatikan mereka. Tak lama Kris pergi ke WC. 

"Hey!" Sapa Rainie dan duduk disampingku "Hey..." balasku "Michelle, ternyata Kris anak yang asik diajak ngobrol." , "Yeah... Btw, ini untukmu" Aku memberikan gambaranku padanya "Ini cantik sekali, Xie xie~" Aku hanya tersenyum "Ada hal yang ingin ku katakan padamu... Sebenarnya sudah lama aku ingin mengatakan ini" , "Go ahead" Rainie menarikku ke backyard. "Aku menyukaimu... Apa kau juga?" , "Tentu saja! Kau baik, cantik, dan pintar" Dia tersenyum malu. "Mungkin aku terlalu berani, apakah kamu mau menjadi pacarku?" 'EH?!' Apa-apaan ini? Dia tak tahu kalau aku ini perempuan? "R-rainie yang... Ada sesuatu yang tak kau ketahui tentang aku" Dia hanya menatapku dengan tatapan bertanya 

"Semenjak pertama kali masuk sekolah orang-orang menganggapku sebagai laki-laki imut. Apakah kalian tidak menyadari bahwa..." Aku menggantung kata-kataku, rasanya tenggorokkan ku tercekat! Tak mampu menyelsaikan kata-kata, aku takut menyakiti Rainie, aku takut dia akan membenciku, bagaimana kalau dia akan menjauhiku? "Bahwa?" Aku menghirup nafas panjang sebelum menyambung perkataan sebelumnya "Bahwa, aku ini perempuan" Aku menatap matanya, dia tanpak tak percaya "Kau bercanda" , "Tidak, aku ini perempuan Rainie. Aku berpakaian unoform laki-laki karena aku suka dan disamping itu Mr. Lay juga mengizinkan ku untuk memakainya. Aku tak bermaksud membohongimu dan semua orang disekolah. Kalian saja yang mengira aku ini laki-laki tanpa bertanya padaku"

"Aku lelah, kau boleh pulang sekarang Michelle" , "M-maafkan aku" Rainie berjalan masuk kedalam rumah tanpa menungguku. Aku mengekornya, didalam Kris tengah duduk santai. Aku langsung menarik tangannya "Makasih atas semuanya, kami pulang" Aku membungkuk kearah Rainie dan pergi meninggalkan rumahnya bersama Kris. Aku yakin Kris pasti heran melihat tingkahku. Aku tak memberi kesempatannya untuk bertanya dan tetap berjalan sambil menarik tangannya.

Aku berhenti dan melepaskan tangan Kris "Aku mau pulang" Aku tak menoleh kearahnya "Pulang? Yang benar saja... Ini weekend, Michelle" Dia melihat jam tangannya, "Suddah sore, berarti kita akan ke pasar malam Huaxi!" , "Huh?" Sekarang dia yang menarik tanganku. 

Langit sudah gelap, kami sampai di pasar malam Huaxi. "Tempat apa ini?" tanyaku "Pasar malam dimana menjual banyak makanan lezat. Rasanya aku ingin singgah disetiap kedai. Ah! Kajja... Kita makan yang banyak! Hahaha!" Kris menarikku dan membeli beberapa makanan ringan. Kami berjalan sambil makan, setiap kali melihat makanan yang terlihat enak kami singgah untuk membelinya. Kami makan sampai kekenyangan. "Aku tak sanggup lagi! Aku sudah kekenyangan" Ku sodor sate sotong bekas kulahap setengah tadi pada Kris "Payah!" Dia melahap sate sotong dari tanganku. "Minum! Dari tadi aku belum minum" Kris mencari kedai minum, kami duduk disebuha kedai yang tak jauh dari tempat kami berdiri.

Seorang ahjussi memberikan kami segelas kecil minuman "Itu kaoliang, itu akan menghangatkanmu. Tapi..." Tanpa menunggu penjelasan Kris aku meneguk semua air itu "Yah! Apa yang kau lakukan?" Tanya Kris dengan nada tinggi "Minum" ucapku enteng dan meminum satu gelas lagi milik Kris "YAAAH!" Pekiknya "Mwoya? Kau ini berisik sekali" , "Kaoliang itu alkohol! Kau harus meminumnya sedikit demi sedikit! Kalau tidak kau akan mabuk! Kau minum 2 gelas sekaligus! Apa kau pernah minum alkohol sebelumnya?" Aku menggeleng, kepalaku sedikit berat, pandanganku sedikit mengabur. Aku menggelengkan kepalaku, aku pasti mabuk! 'Ah sial!' 

__Michelle Moon POV end__

__Kris Wu POV__

Gadis ini gila atau tak tahu apa-apa? Dia meneguk 2 gelas Kaoliang sekaligus! Itu gila! "YAAAH!" Pekikku "Mwoya? Kau ini berisik sekali" , "Kaoliang itu alkohol! Kau harus meminumnya sedikit demi sedikit! Kalau tidak kau akan mabuk! Kau minum 2 gelas sekaligus! Apa kau pernah minum alkohol sebelumnya?" Dia menggeleng, aku rasa Michelle sudah mulai teler. "Ayo kita pulang" Aku menarik tangannya, kami keluar dari pasar malam Huaxi. "Kris, kita mau kemana?" Suaranya yang lembut masuk kedalam telingaku, "Pulang, kau sudah mabuk" Dia menarik tangannya "Pulang? Yang benar saja! Ini weekend, Kris... Ayo kita ke... SITU!" Dia menunjuk salah satu club. "No!" Sebelum aku menariknya, dia sudah berlari ke club itu.

"Ah! Menyusahkan sekali! Hey! Kembali!" Aku mengejarnya, dia berlari dengan sempoyongan. Aku menangkapnya, menghentikan taxi dan pulang ke asrama "Aku tak mau pulang!" rengeknya sepanjang jalan, aku hanya mendekamnya agar tak berbuat yang aneh-aneh. 

Sesampai di asrama...
Kami turun tari taxi. "Kenapa pulang? Aku tak mau pulang! Ayo kita jalan lagi, Kris!" Dia menarik tanganku. "Sudahlah Michelle, kau itu mabuk!" , "Aku tidak mabuk..." Dia mulai berlari-lari, "Aish!" Aku mengejarnya lagi dan menangkapnya, terpaksa aku harus menyeretnya masuk. Aku menggendongnya ala bridal style. "Lepaskan aku!" Dia meronta-ronta, sampai dikamarnya. Dengan susah payah aku mencari kunci kamar Michelle. Akhirnya dapat juga, aku menggendongnya masuk kedalam kamar dan menghempasnya diatas kasur.

"Istirahat!" Perintahku. "Aku tidak mau istirahat!" Pekiknya "Jadi kau mau apa?" Aku menyerah karena tingkah Michelle yang tidak karuan karena mabuk. Dia mulai tenang dan duduk, aku duduk disisi kasurnya "Aku mau pulang ke korea. Aku kangen Mason, appa dan umma. Aku terpaksa kabur dai rumah karena umma selalu mengekangku. Tidak boleh ini-itu! Harus begini-begitu! I'm sick of that! Aku selalu dibully, karena aku blasteran. Mereka menyindirku, mengerjaiku... Sampai mengeroyokku jika aku melawan. They're bitch! I fight back, although i know i could be die. Harga diri lebih penting! Aku cape diperlakukan seperti itu terus. I wish i were a boy, aku yakin tak akan jadi seperti ini" Dia mengoceh panjang lebar.

Aku terkejut mendengar keluhannya, aku tak menyangka dia mempunyai masalah seperti ini. Suara isak tangisnya mulai keluar beriring air mata yang jatuh. "Ssttt! Dont cry~ i'm here" Aku menyeka air matanya dan menariknya kedalam pelukkanku. Beberapa menit Michelle berada dalam dekapanku, dia sudah jauh lebih tenang sekarang. "Aku ngantuk" Michelle melepaskan diri dari pelukkanku. Ah! Lihat mukanya, dia terlihat lebih polos dan lucu saat mabuk "Kau mau tidur?" Dia mengangguk "Bukakan sepatuku" Pintanya manja dan meletakkan kakinya dipangkuanku 'Ish! Antara mabuk dengan sadar tidak jauh beda. Tetap menyebalkan!' batinku. Aku membukakan sepatunya.

Setelah membuka sepatunya dia beranjak dan berdiri diatas kasur "Kau mau apa?" Tanyaku dengan was-was, aku takut dia melakukan hal gila lagi. She take off her jacket and shirt "Hey! S-stop it!" Aku memperingatinya. More worst, she take off her pants. Dia hanya menggunakan tanktop dan err... Underwaer. "Tidurlah, aku akan kembali ke kamarku" Tanpa melihatnya, aku melangkah pergi. Tangannya menggenggam pergelangan tanganku "Kris! Jangan pergi" kata-kata pintanya sangat susah untuk aku tolak. Apa yang kau lakukan padaku hingga aku tak bisa menolak permintaan mu?! "Okay okay" , "Sini~" Michelle melihat ke sisi kiri temoat tidurnya yang masih kosong. Sebelum aku naik ke atas kasur, aku sempat meliriknya. 'Tuhan! Kuatkan imanku!!' Aku menelan ludah dan naik ke atas kasur dengan ragu.

Aku hanya duduk kaku dan tak menghadapnya. Otak nakalku berkerja, jika dia mabuk. Dia pasti akan berbicara jujur "Michelle, Apa kesan pertama saat kau mengenalku?" Aku melihatnya "Kau? Kris Wu... Arrogant boy! Itu kesan pertama. Meanie! Kau kejam sekali. Kau suka menghukumku, kau jahat!" Dia memukul dadaku dengan lemah "Maaf, terus?" , "Terus... Kau tampan. Aku suka wajahmu yang serius itu, kau tinggi, kapten basket, kau benar-benar idola perempuan. Terkadang aku sedikit iritasi melihat senyummu -_- Tapi aku suka melihat bibirmu. Tidak-tidak! Aku suka semua yang ada didirimu, karena kau terlalu perfect." Hmm, dia sama saja seperti perempuan lain. Yang mengagumi ketampananku saja. Aku sedikti kecewa "But..." Michelle merangkak kearahku. Spontan aku mundur hingga mentok kedinding. 

God! Please, forgive my fault! Wajahnya mendekat ke wajahku. CHU~!! Aku bisa merasakan bibirnya yang halus menyentuh bibirku. "I really want to know your imperfect side. I though i like you, but i wont be fall in love with you before i know your imperfect side" Michelle langsung merebah kepalanya diatas dadaku dan memelukku. Otomatis bibirku tertarik membuat senyum tipis. Aku membalas pelukkannya dan membiakan dia tertidur dalam pelukkanku. Kata-katanya barusan membuat aku semakin menyukainya.

__Kris Wu POV end__

__Michelle Moon POV__

Sayup-sayup mataku mulai terbuka walaupun terasa berat. Aku mengangkat kepalaku dan memantau keadaan sekitar kamar. Mata sayu ku mencoba melotot saat melihat Kris tertidur pulas, aku baru saja menyadari bahwa aku tengah memeluknya! "EH!!" Aku menjauhkan diri dari Kris "Yah! Yah!" Aku mencoleknya dengan kaki ku "Ng?" Kris mulai membuka mata dan melihatku "Oww! Hey babe~ sleep well last night?" Dia mengacak rambut blondenya "Yes... I guess" Aku melihatnya heran "Kenapa kau tidur di kamarku? Kau sleepwalking lagi?" Kris menatapku. Dia menarik kaki ku hingga aku terlentang "Arrggh!" Kepalaku sakit. Sedikit saja guncangan membuat kepalaku seperti mau pecah. 

Kris merayap diatasku "Kau lupa kejadian semalam?" , "Hah?" , "Kau memintaku untuk menemanimu disini, diatas kasur ini" godanya. Bulu kuduk ku meremang saat melihat wajahnya yang nakal itu! "Kris! menyingkir dariku sekarang" , "As your command, babe~" Dia menyingkir dan duduk disisi kasur "Jangan bercanda, apa yang terjadi semalam?" , "Kau mabuk dan kau memintaku untuk menemanimu disini" , "Tidak ada hal buruk yang terjadi kan?" Tanyaku dengan kikuk "Wae? Kau mengharapkan sesuatu terjadi?" Dia menyungging senyum miring "Ani!! >< Keluar kau sekarang!" Aku mengcover tubuhku dengan selimut. "Okay, i am out. But, if you need me... Just call me" Kris mengedip matanya dengan genit dan keluar. 

"Twice! I'm sleep with him for twice! God, damn it!" Aku memaki sambil beringsut ke kamar mandi "Apa mau kumandikan?" Kris nongol lagi dibalik pintu kamarku "Just go out now!!! >o< " Pekikku sambil melempar sendal tidur kearahnya. Dengan cepat dia mengelak dan lari kabur. Ku kunci pintu kamar dan masuk kedalam kamar mandi.

- - - - - - - - - - 

Selama liburan aku mneghabiskan waktu dengan bekerja, latihan basket, bermain dengan Kris. Yah, aku bisa merasakan. Hubungan kami makin lama makin dekat. Malam tahun baru aku lewati dengan semua anak-anak club basket, kami hampir mabuk bersama, melakukan hal-hal yang gila. Aku senang mempunyai teman baru! 

Well, three days more school will started. Tak terasa bukan? Waktu sepertinya cepat sekali berlalu. dihitung-hitung sudah 6 bulan aku hidup di Taiwan. Aku membereskan buku-buku dan pakaian-pakaian dari sekarang, supaya tidak kerepotan nanti. Tiba-tiba saja lampu mati. Huh? Apa kamarku saja yang mati atau satu asrama mati lampu? Aku meraba-raba meja belajarku dan meraih hanphone. Ku sinari kamarku dengan chaya handphone, aku melangkah menuju pintu. Aku akan ke kamar Kris.

"Kris... Kris" Aku memanggilnya sambil mengetuk pintu kamarnya. Dia tak menyahut, apa dia tak ada di dalam kamar? Ku coba membuka pintunya, rupanya tak terkunci. Aku masuk dengan perlahan "Kris?" Aku menyenter keseluruh sudut kamarnya. Aku melihatnya tengah duduk memeluk lutut di sudut kamar "Kris...?" Aku perlahan mendekatinya, dia mengintik dibalik lengannya "Michelle!" Dia memelukku dengan erat sekali. Tubuhnya bergemetar hebat, aku tak tahu apa yang terjadi dengannya. Aku hanya memeluknya dan mencoba membuatnya tenang.

Tak lama kemudian keadaan menjadi terang menderang, lampunya sudah hidup. Aku melepas pelukkan dan mengangkat mukanya hingga menatap kemukaku. Wajahnya pucat, keringat bercucuran disisi mukanya, aku membawanya duduk di atas kasur. Aku mengambilkannya air dan menyuguhnya, mengelap keringatnya dengan handuk "Kau kenapa? Apa kau sakit?" Dia menggeleng "Aku phobia kegelapan" Aku tercengang seakan tak percaya dengan kata-katanya baruan. Seorang Kris Wu phobia kegelapan? It's not cool -_-" "Hehe..." Kekeh kecilku bebas keluar melalui mulut. "Apa yang lucu??" Wajahnya mulai serius dan menatapku tajam "Ani ani~ Lucu saja, seorang kapten basket yang ganteng phobia kegelapan" , "Aku juga manusia biasa!" Celetuknya.

"Aku takut kegelapan karna aku takut tidak bisa melihat apa-apa. Bagaimana jika aku jadi buta? Itu menyeramkan!" Jelasnya "Aku ngerti. Kau hanya terlalu banyak berpikiran negatif saja. Ya sudah, aku mau balik ke kamarku" , "Andwe~ Aku masih takut" , "Haa! Tidak ada alasan!" Aku pergi keluar dari kamarnya. "Yaaah~~!!!" Pekiknya. 

~ TO BE CONTINUE ~

WOHOOO!!! Author ruajin amet nulis! Ampe part 8 kelar xD pengen nulis lagi nih buat part 9. Pasti reader pada malas baca ya? Ceritanya ga kerlar-kelar -_-' #Nangis di pojokkan. Ntar lagi FF nya bakal tamat ^^ ditunggu aja deh~ [ WARNING! Do not take this FF without CREDIT! ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar