Kamis, 25 Oktober 2012

[Fan Fiction / part 3] I Wish, I were a Boy!

Title : I Wish, I Were a Boy!
Character : Michelle Moon [OC], Mason Moon, Kris Wu from EXO-MPark Chanyeol from EXO-K, Rainie yang , Lay from EXO-K, Chen yue from Ulzzang Mandarin and Luhan from EXO-M.
Part : 3
Pairing : Michelle x Kris
Language : Indonesia, English [MIXED]
Author : Baby Krisses \(^-^)/
Fandom : EXOTIC
Genre : romance, bla bla bla [?] =__="
Rating : for all creature who want to read this FF [?] -_-

Minta waktunya dikit dong, FF ini terinspirasi dari Ouran high school host club sama, Hana kimi :D sedikit ngutip dari komik jepang (?) nama komiknya author lupa -_-v hehe. Xie Xie~~

Mason Moon



"Aish! Tanggung sendiri, kau yang memulai... Kau juga yang harus menyelesaikannya" Kata Kris yang berdiri disebelahku. "Mwoya? Memangnya aku berbuat apa?" HEH! Tunggu! Baru saja Kris berbicara dengan bahasa Korea? Aku tidak mungkin salah dengar. "chamkkan! Kau bisa bahasa Korea?" 

= = = = = = = = = =
 
"sedikit" Tiba-tiba segerombolan siswa datang memenuhi gedung gym dan mengelilingi aku dan Kris. "You come from Korea?" tanya mereka dan melihatku dengan antusias "Y-yesh" , "KYAAAAAAAAAAAHHH!!!" Para siswi teriak histeris "Say something~ use your korean languange!" , "mwoya?" , "HIYAAAAHH!!!" Mereka teriak histeris untuk kedua kalinya "Whos your name?" , "Michelle Moon" , "Such a cute boy! Michelle, I LOVE U!!!" hah? Ada apa dengan para siswi disekolah ini? Apa mereka mengetahui aku ini perempuan? ==' 

"Cukup! Kalian mengganggu jam latihan kami, sekarang bubar!" Kris berbicara dengan bahasa mandarin. Dari nadanya sepertinya Kris mengusir mereka. "Seems we have a new idol~ Cute boy from Korea, Michelle! Dont you jealous to him, Kris?" Goda temannya "Definitely, not" Kris menjawab dengan santai "Kris, can you teach me Mandarin languange. Please teach me, i  beg you" , "I have no time to teach you" , "Enough for today!" Sambung Kris, semua anak-anak basket bubar meninggalkan gedung gym. "Kau tidak boleh pulang sebelum membereskan semuanya, jangan lupa pel lantainya" Kris pun pergi meninggalkan gedung gym. "Meanie!!" Pekik ku sambil menendang bola basket dengan kuat "ouch! Appo" >__<'

Sudah pukul 19.30 tapi, aku belum selesai mengepel juga! Yang benar saja, ruang gym ini cukup besar. Kira-kira ada 3 lapangan -- basket, volley, badminton. Curse you, Kris!! Aku terus mengepel sampai selesai.

"haaahh! Finally~" gumamku sambil merebah diri di lantai. Aku capek, izinkan aku istirahat sebentar saja... Lama kelamaan mataku terasa berat dan aku tertidur.

__Michelle Moon POV end__

__Kris Wu POV__

"Kau tidak boleh pulang sebelum membereskan semuanya, jangan lupa pel lantainya" perintahku. Dia hanya menatapku dengan sinis seperti 'SIALAN KAU!' kekeke... Aku akui dia memang cute, terlalu cute untuk seorang cowok itu hal yang aneh. Aku pergi meninggalkan gedung gym dan pulang ke kamar. "Meanie!!" Suara teriakan dari gedung gym "ahahaha" tawa ku pecah mendengar teriakan itu. 

Badanku terasa gera karena habis latihan, aku langsung mandi dan nonton. Ku intip jam waker yang bertengger di meja belajarku. Sudah menunjukan pukul 20.45 , kira-kira si kerdil itu sudah selesai atau belum ya? Aku pergi menuju gedung gym.

"Yah! Dra...wf" Dia tertidur pulas di atas lantai, "ah jinjja!" Aku menghampirinya dan menggoyangkan badannya dengan kakiku "Yah! Ireona! Drawf!" , "ng? Ahh OMO!! Aku ketiduran! Mianhae... Au sudah selesai mengepel, jangan kunci gedung ini" Dia melonjak bangun dengan muka kelabakan. "ehehe... Pabo! Apa kau sudah selesai mengepel semuanya?" , "aiish! Kau! I did" Dia berjalan keluar gedung. "Weirdo" gumamku.

__Kris Wu POV end__

__Michelle Moon POV__

"Jinjja! Benar-benar tidak sopan, membangunkanku dengan kaki? EH!" Aku mengomel sendiri sepanjang jalan menuju kamar.

Tuesday morning...
Sinar matahari menyusup di sela-sela tirai jedela menyorot langsung kekelopak mataku hingga membuatku terbangun. "HUAAAAHH!!" Aku mengelinjang di atas kasur untuk rerenggankan otot-otot. "Good morning Michelle!" Tanpa menunggu aku langsung mandi dan bersiap-siap untuk sekolah. "Hahaha! Look at you, Michelle... You look awesome in male uniform! Sudah lama sekali aku ingin mengenakan seragam laki-laki" celoteku didepan kaca sambil merapikan rambutku yang pendek. 

- - - - - - - - - -

Selama aku berjalan menuju sekolah, para siswi tak berhenti memandangiku. Sebagian dari mereka berbisik-bisik, sebagian lagi berteriak girang seperti semalam. "Hi~ Goodmorning Michelle. Hows your sleep?" Tanya seorang siswi sambil berjalan disampingku "Ah, Moring... emm, Mei Xiu~ I've sleep well. Thank you" aku sempat membaca bet namanya. BRUUUKK!!! "EH?!" Dia pingsan. Beberapa siswa membantu menggotongnya ke ruang UKS. Semua siswa memandangku dengan tatapan datar "What?" tanyaku. "KYAAAAAAAAAAAAAAHHH!!! Michelle!!! Wo ai ni" pekik para siswi dan berlari menyerbuku. "HUAAAAAAAAAHH!!! Umma!"Aku berlari secepat mungkin, menyelamatkan diri dari siswi-siswi gila. 

Hosh... Hosh... Hosh... Nafasku tersengal, aku sudah berlari jauh. Aku rasa mereka tidak bisa mengejarku lagi. "You!" , "Ekh?" mataku menangkap sepasang kaki, seorang laki-laki tinggi mengenakan baju karate, berambut hitam, mempunyai kantung mata seperti panda --- di iringi beberapa siswa berbadan besar menggunakan baju yang sama. Mataku membelok melihat sabuk yang dikenakannya, sabuk hitam? Oh Tuhan, aku tak mau mati sekarang (?) "Michelle Moon? New student from Korea?" , "Y-yes?" , "Come join us, in karate club. If you reject my bid, i'll make it sure you will feel like hell in this school" , "I-i... E-eehh... Look! Over there!" I point my finger to random place.

Dengan polosnya mereka melihat kearah yang ku tunjuk. Tanpa Ba Bi Bu, aku berlari kabur. "YAAAAHH!!!" mereka mengejarku. Aku bersembunyi di sebuah ruangan, aku tak perduli ruangan apa ini -- yang penting selamatkan diri dari kejaran kelompok karate itu. "I know you will come to art club! Welcome to Art club, Michelle Moon~ I'm Luhan" Seorang laki-laki mungil berambut pirang kecoklatan itu menyambutku dengan ramah dan menarikku ke tengah ruangan. CLAP CLAP! Lampu menyala, tempat itu ternyata ruangan latihan dance. 'Aiish! Apa lagi ini?' batinku. "Michelle, I love your copper brown hair, your wide chocolate eyes, your thin lips, cute nose, and also your smooth skin" aku hanya menatapnya datar, Baru saja dia mendeskripsi diriku? Jari-jarinya bermain di rambutku, pipiku. "Just stop it! I can't dance and i can't acting. So, i wont join your club. Thanks~" , "H-how could you said that? You hurt me" aku melihat anak-anak yang lain mencebik sedih saat melihat acting laki-laki ini. 'wth?' 

BRAAAAAAAAKK!!! Pintu didobrak dengan kasar "Michelle!" , "HUAAAH!! Umma! Dia orang yang tadi!" pekikku. Merka menatapku dengan tatapan aneh, tentu saja karna bahasa yang ku ucapkan tak bisa mereka mengerti. Ketua club art menghampiri gerombolan orang club karate, mereka berdebat satu sama lain seperti kucing dan anjing. Keadaan semakin tidak terkontrol, aku mengendap-endap dan kabur. 

Akhirnya aku masuk ke kelas, "Sorry, i'm late~" , "Ahh! There you are. Come in" Kata guru itu. "Introduce your self Michelle" , "Hi, I'm Michelle Moon... I come from korea. Dowajuseyo~" aku membungkuk. "I m-mean... Please, help me" aku memandang isi kelas dengan kikuk, mereka hanya memandangku dengan muka datar. Mataku tertuju pada Kris, yang duduk di tingkat paling atas. "Take your seat" aku memilih duduk dekat dengan Kris. "Kau tidak mengenal kata on time ya?" Ucapan Kris barusan seperti aliran listrik yang menyetrum tubuhku. Kenapa? Kenapa dia selalu saja membuatku kesal. "nan niga silh-eo!" balasku dengan nada penuh benci. "Huh?" Dia memandangku dengan tatapan tanda tanya. "Go die!" Timpahku. Dia tersenyum miring dan membuang pandangan ke bukunya.

>>> skip >>>

Bell berbunyi tepat jam 17.00 tandanya kegiatan sekolah sudah selesai. Aku langsung menyusun buku-buku, memasukannya kedalam tas dan pergi ke locker. "Michelle!" suara itu?! Suara ketua club karate. Tiba-tiba "Michelle~" suara lembut laki-laki imut -- ketua club art - Luhan. "Hah?!" pekikku karena kaget melihat mereka mengerumuniku. "Choose right now! Karate club or Art club?" tanya ketua club karate dengan mata membelok. "Tao! You just make he scare! He will choose Art club ofcours" kata Luhan "Shut the fuck up!" balas Tao dengan getir, keadaan mulai tak terkontrol seperti kejadian pagi tadi. "HAIIIIISH!!! Stop it guys! I've decide, i will not choose both! Thanks... Move back, give me space to walk out!" Jelas ku sambil berjalan menjauhi mereka. 

"Kau diterima masuk club basket, ini bajumu! Kita latihan rutin setiap hari jumat abis pulang sekolah... Jangan suka terlambat" entah dari mana, Kris tiba-tiba muncul dan memberikan sepasang baju basket padaku. "Hey! Kapan aku bilang mau masuk ke club basket?" mata tajamnya menuapu kedua manik mataku, membuat aku tak sanggup untuk berdiri tegak. 'Sial! Kenapa dia melihatku seperti itu?!' batinku. "Oke, aku akan masuk club basket dengan syarat... Kau mau mengajari aku bahasa Mandarin. Ottoke? Deal?" Dia hanya menatap datar  mukaku "Aku anggap itu DEAL!" aku langsung buru-buru meninggalkannya dan menuju ke kamar. "Ehh?" he's deep voice get in my ear, tak ku hiraukan dan tetap berjalan. 

- - - - - - - - -  

Arrgghh!!! Sudah seminggu lebih aku di Taiwan, tapi aku belum juga menguasai bahasa mandarin! Aku kesulitan untuk berinteraksi, aku telah belajar bahasa mandarin sendiri. Isn't working at all! Aku butuh seseorang untuk mengajariku, tapi... Siapa? Kris? Dia pelit! Dia tak mau mengajariku. "Aiiish!" Panjang umur, baru saja aku menyebut namanya. Aku melihat Kris sedang berjalan santai sendirian di koridor dorm laki-laki. "Yah!" Aku berlari kearahnya, dia berpura-pura tak melihat siapapun. "Kita punya kesepakatan... Kapan kau mau mengajari aku bahasa mandarin?" Tuntutku. Dia tetap diam tak menjawab "Yah! Aku berbicara padamu" , "Aku?" , "ne! Pabo" Tiba-tiba dia menarik tanganku, masuk kedalam kamarnya dan menolakku hingga terjatuh di atas kursi belajarnya. 

"Baca ini... Tanya saja pada ku apa yang tidak kau mengerti" Katanya sambil menyodor buku tentang bahasa mandarin dan duduk santai disebelahku. Aku menurutinya dan membaca buku itu, sesekali aku bertanya padanya. Aku memakan waktu berjam-jam lamanya untuk membaca dan mengerti isi buku ini. "Yah! Kris... Wo hen kun (aku sudah mengantuk)" , "Jixu, you yidian zhou de hen hao (lanjutkan, sedikit lagi juga akan selesai)" , "Wo... Shou... Buliaole (aku sudah tak tahan)" Aku langsung merebah kepalaku di atas meja dan terlelap.

__Michelle Moon POV end__

__Kris Wu POV__

"Wo... Shou... Buliaole" Suaranya melemah di akhir kata. Dia belajar keras untuk mengerti bahasa mandarin, hasilnya juga tidak buruk. "Drawf... Eh?" Dia sudah tertidur "Jangan tidur di kamarku!" Aku menepuk pelan kepalanya dengan buku "Eh! Shiro..." Dia malah merengek dan pindah ke kasurku "YAH! Tidak ada yang boleh tidur di kasurku selain aku!" ZzZzZz. . . "Arrggghhh!! You!" Ku angkat kaki ku seperti posisi ingin menendang. But... Something make me stop. I don't know why, i just can't do that to him. Mataku menyapu setiap likuk wajahnya, sesaat aku terpaku oleh wajahnya. 'EKH?!' batinku. Aku melonjak kebelakang saat menyadari wajahku hanya berjarak sesenti dari wajahnya. Jantungku berdetak tak menentu.

'AKU NORMAL! AKU TAK MUNGKIN MENYUKAI LAKI-LAKI!!! TUHAN! TOLONG AKU~~' Aku berlutut seperti posisi OTL. Pikiranku kacau! Apa aku terkena kutukan atau semacamnya? "Hey! Apa yang kau lakukan disitu? Btw, thanks~ i'll come to you next time... Bye" Michelle tiba-tiba saja bangun dan pergi meninggalkan kamarku. Aku masih mematung dengan pose OTL. Anak sialan! ==" 

__Kris Wu POV end__

__Michelle POV__

Untung aku terbangun, kalau tidak aku bisa kebablasan tidur di kamarnya. Ah iya! Aku hampir lupa, aku harus menghubungi Chanyeol.

Aku langsung membuka laptopku dan online lewat email dan ngecheck -- apakah Chanyeol sedang online atau tidak. Namanya tercantum di list online, tanganku dengan lihai menggeser mouse kesegala arah. CLICK! Video chat aktif. Wajah Chanyeol muncul di layar laptopku, "Haaa!! Chanyeol-ah... I miss you so much!!!" BRUAAAAKK!! Chanyeol terjungkang dari kursinya "EH! Chanyeol, Gwaenchana?" Kakinya yang putih dan jenjang terekspose di layar laptopku -_- "Aww! Appo..." Dia kembali duduk di depan laptopnya dan mengelush kepalanya. "Kau ini! Jangan membuatku kaget, kan jadi jatuh" , "Ehehe! Mianhae~ ^^v " , "Apa kabarmu?" , "Aku baik-baik saja... Chanyeol-ah, disini lebih menyenangkan! ... " Aku bercerita panjang lebar tentang Sekolahku pada Chanyeol. Dia mendengarkan dengan antusias, sesekali kami tertawa dan saling mngejek satu sama lain. 

"Sayangnya, kau tidak disini~ Akan lebih menyenangkan jika kau disini, Chanyeol" kata-kata yang baru saja ku utarakan membuat kami terdiam untuk beberapa detik. "Btw, bagaimana keadaan Mason?" Aku mencoba untuk menghancurkan keheningan yang menyelimuti kami. "Ahh... Dia baik-baik saja. Aku juga sering bermain dengannya, umma dan appa tak pernah berhenti untuk mencarimu" , "Jeongmal gomawoyo, Chanyeol~ mm... Sudah malam, besok kita harus sekolah. Aku akan menghubungi mu lagi nanti! See yah~" Aku menempelkan tanganku ke layar laptop, begitu juga Chanyeol. 


- - - - - - - - - -

Pagi ini sekolah berjalan dengan lancar dan tenang... Tak ada keributan sepertikemarin. Eh? Bukan tak ada, hanya saja belum ada (?). Kris sedang bermain basket sendiri di lapangan, aku hanya memerhatikannya dari kejauhan "Kris~~" Seorang perempuan cantik berparas seperti boneka barbie berambut panjang menghampiri Kris. Mereka tengah mengobrol, mataku tak luput dari Kris dan perempuan itu. Mungkin itu pacarnya, mereka berdua terlihat serasi. 'Tak usah telalu banyak berharap dan berhayal Michelle Moon'

Hari ini aku tidak mood belajar, aku berpura-pura sakit dan pergi ke ruang UKS. Sebelum sampai di ruang UKS, aku melihat aula kosong yang super duper megah. Aku memutuskan untuk melihat-lihat isi aula itu dulu. Panggung besar dengan tirai merah hati terlihat elegan, ratusan kursi empuk berbalut kain merah hati berjejer rapi, sebuah piano hitam mulus tegak di sisi kiri panggung, lampu sorot berwarna putih mengekspose keberadaan piano. Aku berjalan menaiki panggung dan duduk si depan piano, sudah lama sekali aku tak pernah main piano. Jariku dengan pelan menekan tuts piano satu persatu melahirkan sebuah irama yang lembut. 

"Kau bisa mainkan lagu Because of you dengan piano?" Suara seorang perempuan muncul dari balik tirai. Aku bisa mengerti sedikit apa yang dia bicarakan, "Shi (Ya)" aku mengangguk dan mencoba untuk memainkan lagu Because of you. Dia mendekat di sisi kiri ku sambil memerhatikan aku bermain piano. 

I will not make the same mistakes that you did
I will not let myself
Cause my heart so much misery
I will not break the way you did,
You fell so hard
I've learned the hard way
To never let it get that far

Because of you
I never stray too far from the sidewalk
Because of you I learned to play on the safe side so
I don't get hurt Because of you
I find it hard to trust not only me, but everyone around me
Because of you I am afraid


Dia menyanyikan lagu itu dengan sangat sempurna, she had soft n high voice. "Wow! That was amazing!" Aku memberikannya standing applause. "Btw, I'm Michelle! Nice to meet you. And whos your name?" aku mengacung tangan kananku kearahnya, dia menjabat tanganku dengan ragu. "I'm IU... N-nice to meet you too Michelle" aku bisa melihat rona merah dipipi putihnya "Sorry, i can't speak Mandarin well. Still learning~" dia mengangguk "You are not bad, you playing piano so well. Do you schooling in music school before?" , "Nah, nope. I'm learn from ma granpa" , "Can you help me?" , "Sure~" jawabku tampa ragu "Want you be my partner in school show? No one want playing piano to me" , "W-what? School show?!" , "I-if you wont, n-never mind" dia langsung melangkah pergi "W-wait! I want to be your partner" , "Really?" , "Shi~ ^^ " 

~ TO BE CONTINUE ~

Hehehe... Tunggu part 4 nya yah :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar