Senin, 18 November 2013

[Chapter 10 / SMartist FF] We're like dominoes

Title : We're like dominoes 
Character : Kris Wu from EXO-M, Amber Liu from F(x), Park Chanyeol from EXO-K, Lixui Liu (OC) and other support cast
Genre : Sad Romance or else? (?)
Author : Baby Krisses atau Ny. Wu Baby Fan (udah ganti nama author -_-")
Language : Indonesia, English (MIXED)
Rating : 17 or older

Hwang Zi Tao

We're like dominoes, i falling to you and you falling to anyone else. So ironic! 
 
= = = = = = = = = =

"Oppa..." Kris berhenti berjalan dan membalikkan badannya "Ne?" Aku ingin sekali mengungkapkan perasaanku pada Kris, tapi... Aku tak punya keberanian "Ahh... Aku.." Otakku sudah menyeting kata-kata yang akan ku keluarkan namun mulut ku tak bisa bekerja dengan baik. Seperti ada sesuatu yang membuatnya tak bisa berbicara "Ck!" Aku mendecak kesal "Ada apa, Lixui-ah?" , "Hari ini aku senang ^^ xie xie" Aku mengumpat dalam hati, bodoh sekali! Kenapa aku tak mengatakannya? Aish! Dia hanya tersenyum, menepuk pucuk kepalaku sebelum pergi. 

Cuma begitu? Ahh! Apa kau dengar sesuatu yang pecah barusan? Itu suara hatiku yang pecah berkeping-keping (?) #Lebay . "Oppa, nan johahneun
= = = = = = = = = = =
Oke.. Hari ini! Hari ini aku bulatkan tekad untuk menyatakan perasaanku pada Kris. Aku harus bisa! Aku sudah mempersiapkan boneka alpaca untuk Kris. Aku melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan menunjukkan pukul 9.00AM. Apa masih terlalu pagi untuk menyatakannya? Haish! Aku terlau bersemangat eoh -_- gwaenchana... Kali ini tak boleh ditunda lagi.

Aku berkaca dulu sebelum keluar dari kamar, memastikan tidak ada sesuatu yang ganjal (?) "Hwaiting!"Aku melangkah keuar kamar, tak lama handphone ku berbunyi. Cepat-cepat aku mengangkatnya tanpa mellihat siapa yang menepon. "Yobseo" , "Ya! Aku di depan asrama... Kita ada pemotretan. Cepat keluar!" Tao langsung menutup teleponnya sebelum aku menjawab. "Aish! Kenapa kau selalu saja menggangu Hwang Zi Tao!" Aku mengurung niat untuk menemui Kris karena Tao.

Aku melihat mobil mercedes benz berwarna hitam mengkilat parkir didepan asrama, mungkin itu Tao. Aku menghampiri mobil itu dan jendela mobilnya terbuka. Tao mengenakan high class style duduk manis di kursi kemudi "Masuk" Aku hanya bisa mendecak kesal dan mengikuti perintahnya. Tanpa basa-basi Tao menginjak gas dan melaju. "Yakk! Seenak nya saja kau membawaku pergi! Aku ada acara" , "Cancel saja acara mu itu" Jawabnya dengan enteng. "Argh!" Menjengkelkan sekali! 

- - - - - - - - - -

Kali ini aku terpaksa menunda rencanaku. Ini semua gara-gara Tao! Dia selalu saja datang pada saat yang tidak tepat. Menyebalkan! Dia membawa aku ke studio pemotretan yang sudah didekorasi. Aku tak perduli dengan itu semua, yang ada diotakku sekarang hanya Kris.

"Lixui Liu, aku minta kau untuk senyum" Pinta Tao "Pabo! Aku sedang tersenyum sekarang" Tao mendecak dia menghampiriku dan menarik ujung bibirku membentuk senyum "Itu baru senyum" Aku sedang tidak mood untuk tersenyum, senyum dibibirku lenyap "Yahh! Kau ini susah sekali diatur!" , "Aku tak mau difoto" Aku duduk di latai dengan kaki selonjor seperti anak kecil yang sedang merajuk "Aish! Ayo lah~" Pintanya "Ani" Aku mencebik.

Dia malah ketawa dan mulai memfotoku "Apa yang kau lakukan?!" , "Mengambil foto dari model aneh yang bertingkah seperti anak-anak" Jawabnya tanpa berhenti memfotoku "Aniya! Aku tidak seperti anak-anak!" Tao terus mengambil foto disetiap gerak-gerikku. Akhirnya aku tertawa sendiri, dia memang menyebalkan tapi itu kadang-kadang yang membuat aku tertawa.

- - - - - - - - -

Aku sudah putus asa, sepertinya hari ini niatku tidak terlaksana. Ini sudah pukul 10 malam. Aku rasa Kris sudah tidur, atau dia masih diluar dengan teman-temannya. "Camillete-ah, gwaenchanayo?" Tao akhirnya membuka pembicaraan "Gwaencahana" Ku sungging senyum lemah. Aku kembali menatap keluar luar jendela mobil. 

Tao mengantarkanku sampai didepan asrama "Gomawo" Aku keluar dari mobilnya tak lupa membawa boneka alpaca yang ingin ku berikan pada Kris. 

Serasa cuaca tadi cerah saja, tanpa diketahui tib-tiba saja hujan. Aneh! Aku melihat dua orang tak jauh dari pintu kamar Amber. Koridor ini kurang pencahayaan aku tak bisa melihat dengan jeas siapa mereka. Aku menyipitkan mata dan melihat dengan benar. DEG!!! Kris dan Amber, mereka berdua sedang... Ciuman. Dengan respon cepat aku berbalik arah dan berlari tanpa membuat suara apa pun. Aku berlari dan berhenti diperempatan antara jalan arah dorm, sekolah, lapangan dan gerbang sekolah. 

Hujan menyerbuku, membasahi setiap inchi kulitku. Setiap tetesnya terasa sangat tajam menusuk kulitku. Hujan diiringi angin malam yang dingin, sepertinya akan ada badai sebentar lagi. Aku tak perdulikan itu. Aku terduduk dan menatap kebawah, tanganku merangkak naik ke dada. Rasanya sakit sekali! Sangat sakit! Bayangan Kris dan Amber tadi terus bermain di otakku. Tanpa ditahan, isak tangisku keluar begitu saja. Mengalir turun kepipiku bergabung dengan air hujan. 

Aku menatap boneka alpaca yang sudah kotor tergeletak di tanah. Aku memungutnya dan memeluk boneka itu dengan erat. Kris, you're my first crush. But why you broke my heart? "O-oppa, n-nan johahneun... Jeongmal! Oppa, neol saranghae! Jeongmal saranghaeyo!" Seseorang tiba-tiba datang menghampiriku "Oppa..." Aku tak bisa menyambung kata-kataku saat aku mendangah dan melihat Kris berjongkok didepanku. 

Tetesan air mengalir, menjamah dari ujung kepala hingga ujung kaki. Air yang mengalir dari atas kepalanya turun ke wajahnya menciptakan view yang sangat tenang walaupun gemuruh hujan dan angin mengusik. Dia terus menatapku dengan mata tajamnya disela derasnya hujan.



Aku tak berniat berhenti menangis. Dia duduk ditanah dan kembali menatapku, aku tak tahu apa yang dilakukan. Dia menarikku kedalam pelukannya -- membenamkan tubuhku dengan tubuhnya yang 2 kali lebih besar dariku. Tangannya mengelus rambut basahku. Aku tak merasa tenang, melainkan sebaliknya. Tangisanku semakin menjadi-jadi. 

"Oppa, nan jeongmal johahneun.. Oppa, jeongmal saranghae" Kata-kata itu terus ku lafalkan tanpa henti. Ku pejamkan mata, terus bergumam untuk meredam rasa sakit ini. 

__Lixui Liu POV end__

__Kris Wu POV__

"Thank you for today and for this cutie llama doll" Amber memainkan boneka llama yang ku berikan, aku terkekeh pelan "No biggie, llama addict" Ku cubit pelan hidungnya "Goodnight baby, sleep tight and dream about me" Amber hanye mengangguk. Aku cium keningnya lalu turun ke kedua kelopak matanya, ke ujung hidungnya dan dengan sedikit ragu ku cium bibirnya. Aku takut dia tak suka dan menolakku. Aku mengintip, ternyata matanya tertutup. She give me a chance! 

I break the kiss and stares at ther eyes, such a lovely view. I love to see her eyes "I love you" Kata-kata itu lolos begitu saja dari mulutku "I love you too" Balasnya. Ahh! Aku tak tahu bagaimana menggambarakan kebahagiaanku hari ini. "Get in now" Amber langsung masuk ke kamarnya dan aku kembali ke kamarku. 

Tak lama hujan turun, aku masih berjalan di daerah koridor dorm yeoja. Cuaca susah ditebak, tadi tidak ada tanda mau hujan. Hujannya semakin deras, ditambah angin yang lumayan kencang. Aku berhenti berjalan dan melihat seorang yeoja duduk diatas tanah berhujan-hujanan. 

Ku pincingkan mata dan melihat seksama untuk mengnal siapa dia. Rambutnya pendek seperti Amber, memakai sweater rajutan berwarna abu-abu tua -- mengekspose bahu kanannya karena kerah yang besar. Memakai skinny jeans warna hitam yang koyak horizontak dari pangkal paha hingga bawah. Aku rasa dia adalah Lixui, apa yang terjadi? Aku keluar dari koridor berjalan mendekatinya.

Dia memungut sebuah boneka lusuh terbaring diatas tanah dan memeluknya erat "O-oppa, n-nan johahneun... Jeongmal! Oppa, neol saranghae! Jeongmal saranghaeyo!" Suaranya cukup jelas, suaranya terdengar gemetaran. Aku langsung menghampirinya "Oppa..." Lixui mendangah dan melihatku. Dia terdiam, matanya merah membengkak. Dia kelihatan kacau, suara nafasnya tersendat. Dia menangis -- namum matanya tak luput menatapku. Tubuhnya basah kuyup, bibirnya mulai memucat. 

Aku tak tahu harus bagaimana, aku tak tahu bagaimana cara membujuk yeoja yang menangis. Aku duduk bersamanya dan menatapnya lagi. Aku buka lenganku dan menariknya kedalam pelukanku. Ku elus rambut basahnya, isak tangisnya makin menjadi-jadi. Aku bingung, bahkan aku ak berani berkata apa-apa. Ku pererat pelukanku "Oppa, nan jeongmal johahneun.. Oppa, jeongmal saranghae" Gumamnya. Siapa yang dia maksud? Apa namja yang bernama Tao itu yang menyakitinya? 

Aku melepaskan pelukan dan memegang kedua pundaknya. Ku terawang jauh kedalam matanya "Lixui-ah, uljima" Ku pegang wajahnya. Tangan dinginnya menyentuh kedua tanganku yang berada dipipinya "Oppa, nan jeongmal johahneun.. Oppa, jeongmal saranghae" Dia mengulang kata-kata itu sambil menatapku. Mataku sedikit mendelik dan coba mencerna perkataannya dalam otakku. Dia memberikan boneka yang sudah lusuh itu dan tersenyum getir "Gomawo" Lixui bangkit dan berjalan menuju koridor yeoja

Aku masih terdiam ditempat, terus berpikir keras tentang perkataan Lixui tadi. Aku tak mengerti.

__Kris Wu POV end__

__Lixui Liu POV__

Kris, aku harap kau mengerti. Yang kumaksud adalah kau. Kau lah namja yang aku suka, kau lah namja yang aku cinta. Aku merasa sangat kacau! Tak ada yang kuinginkan sekarang, hanya satu yang kuinginkan sekarang, kembali ke L.A. Dengan cepat aku mengemas barang-barangku kedalam koper. 

- - - - - - - - -

Ku pencet bell apartement Tao. Bodohnya aku, sampai-sampai untuk ganti baju yang sudah basah kuyup pun aku tak ingat. Aku terus menggosok kedua telapak tanganku agara tetap hangat. Aku sudah tak tahan karena kedinginan. Pintu terbuka, Tao muncul dari balik sana dan menunjukkan ekspresi kaget "Omo! Kenapa kau tak menelponku untuk menjemputmu ha??" Tao mengambil koperku dan menuntunku masuk kedalam.

"Mandilah... Akan kusiapkan pakaian untukmu" Aku mengangguk. Tao keluar dari kamarnya, aku berjalan masuk ke kamar mandi dan membersihkan badanku. 

Setelah selesai membersihkan diri, aku keluar dari kamar mandi. Sebuah kaos berwarna coklat dengan tulisan punggung TAO 70 di atas kasur, aku mengenakan kaos itu. Tak lama aku mendengar suara berisik dari dapur, aku pergi ke dapur untuk mngecheck apa yang Tao lakukan. Dia sedang sibuk membuat sesuatu "Andwae.. Aku tak mau dibantu. Kau duduk saja di ruang tengah" Paboya! Siapa yang mau membantunya? Aku berjalan ke ruang tengah dan duduk disofa, ku angkat kakiku dan memeluk lututku.

Tao duduk disampingku "Hey" Aku mengangkat kepalaku dan menoleh kearahnya. Dia memakaikanku topi rusia, dia menarik kakiku dan memakaikan kaos kaki. "Kau pasti lapar" Tao menyodorkan semangkuk ramyun dan hot chocolate diatas nampan. Aku diam seperti patung "Baiklah..." Dia meletakkan nampan itu diatas meja, mengambil ramyun itu "Aaaa..." Tao menyodorkan ramyun ke mulutku, aku menatapnya dan dia mengangguk.

Aku membuka mulut dan melahap ramyun dari suapannya. Dia menyuapku sampai habis "Cahh! Sekarang minum hot chocolatenya" Aku meminum hot chocolate yang dibuat Tao sampai habis. Tao terkekeh "Dasar anak kecil! Minum saja belepotan" Dia menyeka ujung bibirku dengan ibu jarinya. Rasa sakit itu datang menyerang hatiku lagi. Otakku masih memainkan potongan kejadian tadi diasrama. Sesak, dadaku sesak. Mataku mulai memanas.

Aku kira aku sudah puas menangis, tapi buktinya air mata lolos dari pelupuk mata ku. Aku menundukkan kepala dan menangis sejadi-jadinya. Tao menarik tangannya dari wajahku. Dia pergi meningalkanku. Aku tak perdulikan itu, aku terlalu berlarut dalam kesedihan.

~ TO BE CONTINUE ~ 

Jumat, 01 November 2013

[Chapter 2 / Special Halloween] Monster Academy

Title : Monster Academy 
Character : Kris Wu from EXO-M, Pyo Ji Hoon from BLOCK B, Park Kahi, Sandara Park from 2NE1, Kwon Ji Yong from BIGBANG, Bi Rain, Camillete Naga (OC), EXO boys and other characters.
Author : Ny. Wu Baby Fan 
Genre : Romance, horror, sad and last FAIL (?)
Rating : 17 +

Pyo Ji Hoon

"Jagalah dirimu baik-baik karena aku tak bisa menjaga mu" , "Ne..." Aku nangis terisak-isak "Dasar jelek!" Dia mengacak rambutku "Biarin!" Dia menunduk sedikit "Give me booboo ppoppo" Aku terkekeh melihat Ji Hoon mengerucutkan bibirnya dan sengaja menyipitkan matanya. Aku mencium bibirnya singkat "Oppa! Saranghae!!" Pekikku "Nado saranghae, Camillete-ah" Dia memelukku lagi dan melepasku, dengan langkah berat aku menuju ruang tunggu dan bersiap untuk check out.

Mau tak mau aku pergi meninggalkan eomma, Ji Hoon oppa, teman-temanku dan Seoul. Aku harap kalian tak akan melupakanku, aku berharap bisa kembali lagi secepatnya.



= = = = = = = = = = = 

Aku sudah sampai di Canada.
Ini pertama kalinya aku keluar negri dan ya aku tak mengerti apa-apa. Aku hanya mengikuti arus arrived dan akhirnya keluar. Mataku terus mencari laki-laki yang memegang banner namaku "Carmin!" Aku menoleh dan melihat seorang laki-laki berparas asia bermata sipit berbadan gagah seperti angkatan. Dia memegang bannernya terbalik -_- Aku menghampirinya "Ahjussi, namaku Camillete. Bukan Carmin dan kau memegang bannernya terbalik" Dia langsung kelabakan membalikkan banner yang dipegang.

"Keke, mianhae~ Bi Rain imnida" Dia mengulur tangannya dan aku balas menjabatnya "Camillete Naga imnida" Ku sunggingkan senyum "Kajja, kita ke Asrama" Dia merebut koper ku dan berjalan "Ahjussi, aku bisa sendiri" Dia tak menggubris dan tetep berjalan.

Sudah 15 menit kami habiskan untuk perjalanan tapi masih belum sampai juga. Aku terlalu letih rasanya mataku mulai berat dan mau tertutup, ku biarkan mataku tertutup dan membiarkan diriku hilang ke alam bawah sadar.

"Carmi.. Aish! Camillete-ssi, kita sudah sampai" Aku merasa ada yang mencolek-colek pundakku. Ku buka mataku perlahan dan melihat sebuah bangunan beraksen eropa dibalik kaca jendela mobil. Apa perasaanku saja atau bagaimana, ada perasaan sedikit tak nyaman dengan tempat ini. "Dimana kita?" Aku memerhatikan keadaan dengan muka linglung "Tentu saja di asrama. Ini koper anda, Camillete-ssi. Aku ada urusan lain, silahkan masuk dan temui Tuan Choi Seung Hyung" Kata Rain ahjussi "N-nuguya..." Aku baru saja ingin bertanya tapi Rain ahjussi sudah tidak ada. Kemana dia? Cepat sekali hilangnya.

GLUP! Aku menelan ludah. Bulu kuduk ku meremang. Perasaan takut sudah mendominasi diriku. Aneh, kenapa sangat sepi? Mana siswa yang lain? "Monster Academy" Aku membaca dengan aksen english tapi suaraku gemetar di kata pertama 'Monster'? Apa maksudnya? Aish! Eomma, aku mau pulang saja TT TT

__Camillete Naga POV end__

__Kris Wu POV__

Aku terus mengerang "Si penghisap darah kepalaran!" Ejek Chanyeol "Diam kau, anjing!" , "Aku tekankan untuk kesekian kalinya kris, aku serigala bukan anjing. Orang-orang suka anjing ketimbang makhluk dingin penghisap darah. Haha!" Tanganku dengan cepat mencakar wajahnya CRAASH! Aku menoreh luka di pipi kanannya "Kau payah Kris" Ejeknya sambil menjulurkan lidah dan malah tambah tertawa keras. Luka itu tak berarti apa-apa baginya, toh juga dia bisa sembuh sendiri. Aku mendecak dan keluar kamar "Yakk! Mau kemana kau?" Teriaknya "Bukan urusanmu" Jawabku enteng.

Aku berjalan keluar dorm. Ya, aku lapar. Aku tak tahu harus mencari makan dimana. Kau tahu sendiri makanan ku ada dimana-mana tapi tak semudah itu didapatkan. Ada beberapa rule yang tak boleh ku langgar sebagai vampire abad-21. Well, kami harus menjadi vegetarian. Meminum darah hewan -- darah hewan tidak cukup bagiku. Terlebih aku ini Vampire kemarin sore (?) . Ku hentikan langkah dan membeku sesaat. Ku tarik nafas dalam-dalam "Bau ini" Insting vampire bekerja begitu cepat, taringku memanjang. Penglihatanku lebih tajam dari sebelumnya, aku berlari mengikuti aroma yang bermain diudara.

Ku lambatkan langkahku dan melihat seorang yeoja berjalan menyusuri koridor asrama. Dia sendirian dan dia seorang manusia biasa. Dia bukan sepertiku atau yang lain (monster/makhluk aneh) tapi kenapa dia disini? Aku tak pernah sangat tergoda dengan aroma manusia biasa, tapi dia berbeda. Perasaan apa ini? Aku sangat menginginkannya.

__Kris Wu POV end__

__Camillete Naga POV__

Ohh Tuhan! Semakin lama aku semakin merasa tidak nyaman. SRAAAKK! Aku menoleh kebelakang tapi tak melihat apa-apa dibelakang. Ku percepat langkah kakiku. Aku harus menemui Choi Seung Hyung tapi siapa dia? Apa dia kepala sekolah akademi ini? Aku sudah ketakutan, tak bisa berfikir dengan benar. Apa yang harus kulakukan saja aku tak tahu "Nona, Camillete?" Seseorang menepuk bahuku dari belakang dan spontan aku berteriak "KYAAAHH!" , "Tenanglah, aku Choi Seung Hyung pemilik akademi ini"

Laki-laki tinggi berwajah sangar memakai suit hitam rapi dengan rambut berwarna tosca. Aku mengelus dada dan menghembus nafas lega "Jeongmal gomawoyo Tuan Choi! Anda muncul di saat yang tepat. Cheoneun Camillete Naga imnida" Setelah memperkenalkan diri aku membungkuk "Selamat datang di Monster Academy, Camillete-ssi. Kau bisa ke kamarmu dan besok kau sudah bisa mengikuti proses pembelajaran" Ku miringkan kepalaku, apa dia bercanda? Hanya itu? Apa tidak ada basa-basi yang lain? "Tuan Wu.. Tak usah bersembunyi. Aku tahu kau disana" Tuan Choi menatap jauh kebelakangku.

Aku ikut menoleh kebelakang dan melihat seorang namja muncul dari bayangan gelap ujung bangunan. Postur tubuhnya tinggi seperti pemain basket internasional dibalut blazer hitam berpadu dengan kaos putih kerah V -- aku pikir Tuan Choi namja tertinggi di akademi ini. Aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas, dia sedikit menunduk dan sebagian wajahnya tertutup bayangan. Rambutnya blonde tak beraturan. Aku melihat kilat mata tajamnya mengarah padaku, sontak aku mundur perlahan. 

Antara takut dan kagum, aku tak pernah melihat namja seperfect dia. Dia memiliki hidung yang runcing, dia memiliki bekas luka di pelipis kanannya hingga alismatanya membetuk jenjang dua garis. Bibirnya kecil, aku melihat ada yang mengganjal di balik sudut-sudut bibirnya. Pipinya sedikit tirus, dia tanpaknya sakit. Dia seperti karakter manga, aku yakini dia adalah kingka monster akademi.

Aku merasa aura yang tak bagus disekitarnya, perasaan takutku menjadi-jadi saat dia mendekat. Semakin dekat semakin aku mendangakkan kepalaku untuk melihat wajahnya. Yang benar saja, berapa tinggi namja ini? Aku hanya sedadanya -_- "Kris, antarkan dia ke kamarnya. Kau ku tugaskan untuk mengajaknya keliling akademi" Perintah Tuan Choi pada namja yang bernama Kris ini "Ye" Jawabnya singkat.

Ohh Tuhan! Suaranya sangat mengerikan, bukan.. Maksudku suaranya berat tapi terdengar sexy. Ahh! Apa yang kupikirkan?! "Ahh, gamshamnida Tuan Choi" Aku membungkuk "EH! Odiega?" Tuan Choi sudah tidak ada, aku langsung berbalik untuk menanyakan Tuan Choi pada Kris "Tuan Choi kemana? Kenapa dia hilang begitu cepat?" Tanyaku bertubi-tubi. Kris tak menjawab bahkan wajahnya tetap sama seperti yang tadi. Dia memandangku tak berkedip.

"Kris-ssi, aku bertanya padamu... Apa kau mendengarkanku?" , "..." Dia ini patung ya? -_-' "Sudahlah, lupakan saja. Camillete Naga imnida" Ku ulurkan tanganku untuk dijabat. Tapi dia tak merespon -- Aish! Apa dia tak mengerti bahasa korea? Tapi bukankah tadi dia berbicara bahasa korea dengan Tuan Choi. Baiklah, baiklah... Sekarang dia membuatku takut. Benar-benar takut. "Baiklah, kalau kau tak mau mengantarkanku aku bisa sendiri. Terimakasih sebelumnya" Aku menyeret koperku dan berjalan cepat meninggalkannya. 

Tak lama seseorang merebut koperku dan orang itu adalah Kris "Kris Wu imnida" Untuk kedua kalinya aku mendengar suara beratnya "Ne, bangapsumida" Aku menyungging senyum bersahabat, dia hanya menatap sekilas dan focus kedepan. Apa dia ini tipe yang sangat serius? Sepanjang perjalanan, aku melihat labu dan dekorasi yang mengerikan. Apakah Halloween sudah dekat? Aku melihat jam tangan, sekaranga tanggal 29. Bagaimana bisa aku lupa? Lusa ulangtahunku. Ulangtahun pertama tanpa eomma dan Ji Hoon oppa :(


Kris mengantarkan ku tepat didepan pintu kamar. Dia meraih sesuatu dibalik keset kaki -- sebuah kunci dan memberikannnya padaku. Aku tertegun saat kulit tangannya menyentuh kulitku, sangat halus seperti kapas namun dingin sedingin es "Kris! Kau sakit??" Dia sedikit memiringkan kepalanya dan menyipitkan mata "Ani" Jawabnya singkat. Oke, dia namja teraneh yang kutemui. Aku mencoba untuk tak memikirkannya dan membuka pintu. 

Kamar ini terlalu besar ditempati sendirian, design interior kamar ini terlalu mewah dan karena berkesan klasik. Aku tak terlalu menyukai yang berbau klasik, kesannya tidak hidup dan seram "Gomawo... Kris apa boleh besok saja kita keliling sekolah? Aku masih cape" Dia mengangguk namun tak keluar dari kamarku. Aku diam dan memandangnya, begitu juga dia. Selang beberapa menit aku menyerah dan angkat bicara "Kris, kau boleh keluar sekarang" Dengan muka yang tak berubah dia berjalan keluar dari kamarku.


Cepat-cepat aku menutup pintu dan menguncinya "Aneh" 


- - - - - - - - -


"Smile! You can do it! Hwaiting!!" Aku berbicara pada pantulan dirikku dalam kaca. Ini akan menjadi awal yang sulit, beradaptasi ditempat baru tanpa eomma dan Ji Hoon oppa. Aku pasti bisa melakukannya sendiri.

Aku mengenakan kaos rugby oversize warna putih dengan tulisan WOLF 88 dipadu dengan torn jeans berwarna hitam tak lupa convers belel warna sepadu dengan jeans. Ku ikat sembarang rambut panjangku dan menyambar tas ransel. 

- - -

Aku memandang takjub pemandangan yang ada, sekolah ini begitu ramai dan sangat bewarna. Maksudku, tidak seburuk perkiraanku. Semua siswa memakai baju bebas sesuka hati mereka, bahkan ada yang memakai baju berdesign aneh. Mataku terus mengedar keseluruh sudut, aku mencari Kris.

"Kau mencari Kris?" Namja bertubuh tinggi seperti Kris dengan senyum lebar yang aneh, bermata bulat, berambut coklat gelap menghampiriku. Aku menatapnya aneh, bagaimana dia bisa tahu? "Kekeke, aku tahu apa yang aku pikirkan" Suaranya pun berat persis seperti Kris, tapi bedanya suara berat namja ini lebih halus ketimbang Kris "Ya, kami berdua punya kesamaan fisik" Dengan cepat aku mengcover kening dengan tangan "Jangan membaca pikiranku!" Dia malah tertawa. 

"Aku tak membaca pikranmu, itu bakat dari lahir. Chanyeol imnida"  Dia meraih tanganku dan menjabatnya. Tangannya begitu panas, apa dia sakit? "Aniya, aku tidak sakit. Aku memang mempunyai suhu tubuh di atas rata-rata normal (?) . Ayo aku antar kau ke tempat Kris" Chanyeol menghiraukanku yang kebingungan, dia menuntunku ketempat Kris.

Aku sampai disebuah teater super megah dan kurang pencahayaan. Aku sulit melihat jalan karena gelap "BRUUUKK! Aww!" Aku menabrak punggung Chanyeol "Yah! Kenapa kau berhenti?" Dia berbalik badan dan melihatku tak berkedip, matanya lebih besar dari yang sebelumnya. Dia mendekat dan mendekat "Yah! Apa yang kau lakukan?" Aku mundur perlahan, tangan hangatnya menahan pergelangan tanganku. Dia mengendus bau ku dari lengan, leher, rambut "K-kau! Kau bukan..." 

PLAAAKK! Kris muncul dan memukul kepala Chanyeol dengan buku "Yakk!" Pekik Chanyeol. Kris mengeluarkan death-glare pada Chanyeol, Chanyeol malah menyeringai "Camillete-ah, Kris jahat. Dia memukul kepalaku" Chanyeol mencebik lalu menarik-narik pelan ujung bajuku "Poor you~" Aku mengelus kepala Chanyeol. Apa hanya aku yang merasa tapi Chanyeol seperti anjing. Dia hyper dan senang disentuh. 

ENGH! Aku sontak kaget Chanyeol menggeram manja bak anjing sambil memelukku "Hentikan!" Kris menarik Chanyeol. Kris menatap Chanyeol, Chanyeol menatap Kris. Mereka tak berbicara namun kelihatannya mereka sedang berbicara melalui mata (?) . "Apa yang kalian lakukan? -_-" Akhirnya aku angkat bicara setelah berapa menit melihta mereka saling memandang.

"Aku tak bisa mengantarmu berkeliling sekarang, mungkin nanti sore. Mianhae~" Kris menampakkan dirinya ketempat yang lebih terang. Mataku membelalak, dia terlihat lebih pucat dan kurus dibanding semalam. "Chanyeol, ini sudah waktunya masuk kelas. Kau ajak Camillete" , "Ne!" Chanyeol langsung menggandengku keluar dari teater.

__Camillete Naga POV end__

__Kris Wu POV__

'Kris! Dia manusia! Bagaimana bisa?!' Chanyeol dan aku berbicara melaui pikiran 'Aku tak tahu, aku tak mengerti apa yang direncanakan tuan Seunghyun' , 'Sudah lama aku tak mencium aroma manusia seperti dia. Sentuhannya berbeda dengan makhluk seperti kita. Aku mau mnjadi peliharaannya' , 'Kau gila! Dia jelas tak mengetahui apa-apa tentang sekolah ini dan juga kita' Chanyeol diam. Bahkan dia tak berfikir 'Kau tidak berencana untuk membunuhnya bukan?' Aku coba untuk tak berfikir dan mengosongkan pikiranku.

"Aku tak bisa mengantarmu berkeliling sekarang, mungkin nanti sore. Mianhae~" Dia menatapku dengan pandangan khawatir dan bingung "Chanyeol, ini sudah waktunya masuk kelas. Kau ajak Camillete" , "Ne!" Tanpa peringatan kedua Chanyeol sudah menarik Camillete keluar dari teater. Aku harus menemui tuan Seunghyun.

- - -

"Tuan Seunghyun..." , "Ada hal yang tak kau ketahui tentang dia, Kris-ssi. Kau kutugaskan untuk mengawasinya. Nanti kau akan tahu sendiri" Tuan Seunghyun memotong pembicaraanku, dia tahu pasti apa yang ingin ku pertanyakan. Dia meraih sebuah kotak berukuran sedang "Berikan ini untuk Camillete... Kau boleh keluar sekarang" Ku raih kotak itu dan keluar dari ruangan Tuan Seunghyun. Aku masih penasaran tentang Camillete, dia manusia biasa tapi kenapa dia masuk kesekolah ini. 

"Arrghh!" Ku pegang kepalaku -- rasanya berat. Badanku lemah, rasa haus ini membuatku gila, aku seperti orang kecanduan. Aku perlu darah! Ku lirik jam tanganku sudah pukul 5 sore. Matahari terbenam lebih cepat karena ini menekati akhir musim panas. Aku vampire, tentu saja tak bisa menhadapi sinar matahari. Aku tak mau mati konyol dengan membakar diri sendiri. 

Sangat gampang mencari Camillete, aku mengikuti aroma tubuhnya. Aromanya berbeda dari yang lain. Dia berada dikelas sekarang. Jam segini dia masih dikelas? Aku melihat dia sedang sibuk berkutat dengan buku yang sedang dibacanya. "Masih ingin berkeliling?" Dia menoleh kearahku dan tersenyum "Tentu!" Dengan cepat dia mengemas barang-barangnya "Ini titipan dari tuan Seunghyun" Ku berikan kotak itu pada Camillete.

__Kris Wu POV end__

__Camillete Naga POV__

Sepanjang perjalanan mengelilingi sekolah aku tak begitu fokus, mataku tak bisa berhenti memerhatikan Kris. Kami mulai dari perpustakaan, laboraturium, studio music, dance studio, gym, lapangan basket, kolam renang, ball room, lapangan rugby, bengkel dan banyak lagi. Pertanyaanku sekrang, berapa luas akademi ini? Pastinya sangat-sangat besar. 

Lampu-lampu mulai menyala, hari sudah gelap. Tidak terasa bukan? Sudah jam 6.30 . Kami pulang ke dorm. Aku merasa canggung, karena kami tak ada yang berani membuka pembicaraan. Malam ini terang bulan, aku bisa melihat jelas lekukan wajahnya -- PERFECTION! Matanya sayu dan membentuk lingkaran hitam disekitarnya. Tampak buruk tapi tak mengurangi ketampanannya.

Dia mengantarku sampai depan pintu. Aku sibuk membuka pintu -- setelah terbuka aku berlakik badan ingin mengucapkan terimakasih pada Kris "Kris..." PLUUK! Kris tiba-tiba merebah kepalanya tepat dibahuku. Aku merasakan tubuhnya bergetar "rrrggh!" Dia mengerang "Kau tidak apa-apa?" Aku mengetuh leher jenjangnya -- dingin! "Kris kau harus..."Aku tak dapat melanjutkan kata-kataku. Aku merasa bibir es nya menyentuh leherku.

Dia langsung mengambil langkah mundur dan pergi begitu saja. Apa yang tadi dia lakukan? Apa dia mencoba untuk... Ahh! Tak mungkin. 

- - - - - - - - -

Sudah berepa kali aku mengganti posisi tidur? Dari terlentang, terlungkup, kekanan, kekiri, nungging (?) "Aish! Kenapa susah sekali untuk tidur?!" Aku duduk dan melihat jam dinding -- sudah jam 11.55 . Bukankah besok ulangtahunku? Aku melihat kotak yang Kris berikan tadi padaku. Aku meraih kotak itu.

SWUUSH! Angin malam berhembus menyusup kekamarku. Aneh, bukannya aku sudah menutup jendela. Aku berniat menutup jendela tapi... "Kris?" Dia berdiri dibibir jendela, dia turun lalu menutup jendela "A-apa yang kau lakukan dikamarku?" Dia tak menjawab -- berjalan mendekat. Aku mundur perlahan, dia merampah kotak yang kupegang dan mencampaknya. Bulu kudukku meremang, aku merasa aura yang berbeda dari Kris. Tak seperti biasanya.

Mengerikan. Rambutnya acak-acakan, pipinya semankin tirus dan wajahnya semakin pucat, lingkaran hitam dimatanya semakin gelap, matanya tajam dan mengkilat sedikit kemerahan menatapku intens. Dia memojokkanku di sudut kamar "Andwae" Aku tak tahu apa yang akan dilakukannya. Aku memohonnya untuk melakukan niatnya yang tak kuketahui.

Tangannya menangkup pipiku dan membenahi rambutku, dia menyentuh kulit leherku. Dia mendekat kesisi kanan leher ku "Kris!" Aku mendorongnya, dia sama sekali tak bergerak. Dia memeluk tubuhku dengan paksa, membenamkan kepalanya di leherku dan "ARRGGGHH!!!" Aku merasa sesuatu yang tajam menusuk kulit lehernya.

Rasanya teramat sakit sekali, tanganku menyalurkan rasa sakit itu dengan menjambak rambut Kris dan mencakar pungungnya -- tak cukup dengan itu, airmata ku keluar karena menahan sakit. Aku merasa seperti tak bernyawa saat dia menghisap darahku tanpa ampun. Bau amis darah menyusup ke indra penciumanku, cairan kental berwarna merah pekat mengalir dileherku.

Tanganku jatuh, terkulai lemas. Aku sudah tak ada tenaga untuk berbuat apa-apa lagi. Sejurus tubuhku merasa dingin. Kris mencabut taringnya dari kulitku -- dia menatapku dalam. Sekitar mulutnya bersimpah darah, wajahnya tak sepucat yang tadi dan pipinya tak setirus yang tadi. Matanya tak lagi berwarna merah, melainkan hitam pekat. 

Kris mengangkatku ala bridal style dan merebahku diatas kasur "M-mianhae" Suara huskynya terdengar kalap, dia tak henti memandangku dengan wajah bersalah. DEG! Mataku mendelik, merasakan seperti sesuatu menusuk jantungku "ARRGH!!!" Pekikku. Dan rasanya begitu panas, jantungku berdebar 5kali lebih cepat, seperti mau meledak "AAARRRGGGHHH!!!" Pekikku histeris, ini bahkan ratusan lebih sakit dari yang tadi. Aku meronta, bergelut sendiri melawan rasa sakit. Aku bisa merasakan Kris menahanku, tapi tak kuhiraukan.

"APPOOO!!!" Ku biarkan teriakanku mengencang. Uratku menegang, aku meremas spray kasur dengan kaut. Sungguh, aku tak tahan dengan rasa sakit ini. Lebih baik ditembak mati ketimbang harus tersiksa seperti ini.

__Camillete POV end__

~ TO BE CONTINUE ~